
Lukman al Hakim memiliki rasa cinta yang amat dalam terhadap Allah, sehingga terpancar pada akhlaknya dan terlihat pada tingkahnya. Kebesarannya diabadikan lewat sebuah surah di dalam al Quran iaitu surah Lukman.
Lukman al Hakim pernah bekerja dengan seorang kaya, dan kemuliaan perilaku Lukman al Hakim memberikan kesan kepada Tuannya sedemikian rupa, hingga Tuannya menganggap beliau sebagai seorang sahabat yang besar dan mulia.Walaupun dia adalah Tuan kepada Lukman al Hakim, namun, dia seperti hamba kepada Lukman al Hakim, pekerjanya.
Adalah menjadi suatu kebiasaan baginya, setiap kali ia ada makanan yang istimewa dan lazat, ia akan memberikan makanan itu dahulu kepada Lukman al Hakim untuk dimakan, dan sesudah Lukman al Hakim selesai memakannya, barulah dia memakan apa yang berbaki.
Suatu ketika, waktu musim semangka, Sang Pengeran menerima kiriman semangka. Pada ketika itu, Lukman al Hakim tidak berada di situ. Sang Pengeran itu lalu mengirimkan budaknya untuk memanggil Lukman al Hakim. Ketika Lukman al Hakim tiba, Tuannya lalu memotong semangka itu kepada beberapa potongan, dan memberinya satu demi satu untuk dimakan oleh Lukman al Hakim. Ketika Lukman al Hakim memakan semangka itu sepotong demi sepotong, Tuannya berasa sangat bahagia atas rasa kasihnya terhadap Lukman al Hakim.
Lukman al Hakim memakan semangka itu dengan rasa senang sekali dan sepanjang masa mengucapkan terima kasihnya pada Tuannya atas perhatian yang besar itu. Apabila tinggal cuma sepotong saja lagi semangka itu, Sang Pangeran berkata, "Biarlah aku memakan semangka ini dan merasa sendiri betapa manisnya ia", lalu segera memasukkan semangka itu ke dalam mulutnya.
Segera ia merasakan kepahitan semangka itu di dalam tenggoroknya yang teramat sangat. Demikian pahitnya rasa semangka itu, Sang Pengeran terus jatuh pingsan selama sejam.
Ketika ia kembali sadar, ia lalu bertanya kepada Lukman al Hakim, "Wahai yang aku kasihi! Bagaimana engkau bisa memakan dengan penuh selera potongan-potongan semangka itu? Hanya sepotong saja yang aku makan membuatkan aku jatuh pingsan, lalu bagaiman engkau bisa makan semuanya?"
Lukman al Hakim menjawab, "Wahai sahabatku! Dari tanganmu, aku menerima begitu banyak kebaikan. Beban mengucapkan terima kasih kepadamu begitu besar buatku hingga ia membungkukkan tulangku. Makanya aku jadi malu, dari tangan yang telah banyak memberikan padaku kebaikan, mana mungkin hanya pada suatu saat, aku merasakan kepahitan, lalu aku terus berpaling? Wahai sahabatku! Kegembiraan mengetahui bahawa ia datang dari tanganmu telah menukarkan rasa pahit semangka itu menjadi manis buatku"
Pengajaran cerita:
Setiap saat kita menerima begitu banyak kebaikan dari Allah tanpa batasan, namun pada suatu saat, ketika kita tertimpa sedikit musibah, kita mengeluh dan hilang kesabaran.
Namun, ada orang yang diberikan hikmah, yang bisa memahami, bahawa jika mereka tertimpa musibah, mereka tetap ridha dan sabar dan bahkan bersyukur. Ada ketikanya mereka mendapatkan kekuatan dari pemahaman mereka dan sedar bahawa dunia ini ibarat rumah sakit dan manusia adalah pesakitnya. Ada ketikanya doktor memberikan kita ubat yang manis dan ada ketikanya doktor memberikan kita ubat yang pahit, namun pada kedua dua situasi, ianya mengandungi faedah dan kebaikan buat kita.
Begitulah juga dengan Allah, apapun juga yang kita terima dari hasanah maupun musibah, itu semua ada kebaikan dan hikmahnya yang tersembunyi...maka sewajarnyalah kita senantiasa menjadi hamba yang bersyukur padaNya
weh kau nie dah macam penceramah bebas dah ouhh
ReplyDeletebkn ape doe...sje nk ingt kan kwn2...suke x???
ReplyDeletesukee^^
ReplyDelete